Jumat, 05 Juli 2013

back again

Back Again

cast : -Lee Donghae
         -Kim Ah Yeong
         -Lee Cha Yeon
genre : sad romance


Bagaimana jika semuanya lenyap saat senyuman itu kembali hadir didalam kehidupanku? Lalu bagaimana jika semuanya berlalu tanpa ada senyum kebahagian  yang membuatku merasa akulah wanita paling beruntung?
                                                                                                             -Ah Yeong-
Bisakah aku mengulang waktu yang telah berlalu? Apa hanya penyesalan yang dapat membuatku menangis karena kehilangan orang yang sangat mencintaiku? Aku mencintainya, maaf karena aku tak bisa mengungkapnya
                                                                                                            -Dong Hae-

Author pov
-Mengapa saat semua ini terlihat indah tapi untukku ini begitu menyakitkan, aku selalu dan akan selalu merindukanmu seperti itu.. seperti saat aku mulai mencintaimu-
Semilir angin menerpa lembut wajah yeoja  yang kini tengah hanyut dalam lamunan kecilnya. Hembusan angin menerbangkan helaian rambut hitam pekat miliknya. Mata sipitnya menatap lurus kedepan tanpa ada pikiran, pikirannya melayang entah kemana. Semenit kemudian ia beringsut bangun dari bangku panjang berwarna coklat dan berjalan perlahan menuju halte bus.
Seragam sekolah masih melekat ditubuhnya, rambutnya terlihat begitu berantakan. Jam pulang sekolah telah lama terlewati namun ia sama sekali belum menampakkan batang hidungnya untuk menemui orang tuanya.
“Ah Yeong-ah!” teriak seseorang membuat yeoja itu menoleh ke asal suara. Senyuman terukir dibibirnya, seseorang yang memanggil namanya berlari perlahan menuju tempatnya berdiri.
“Ah, sudah ku duga kau pasti disini Yeongie-ya!” Ah Yeong tersenyum melihat gadis yang berperawakan tinggi itu menyentuh pundaknya.
Kajja, kita pulang!” ujar sahabatnya itu menarik lembut pergelangan tangan Ah Yeong.
Ini terlihat begitu memilukan bagi Ah Yeong, kembali ke masa lalu adalah hal bodoh yang pernah dilakukannya entah mengapa ia enggan untuk menceritakan apapun pada Cha Yeon yang notabennya adalah sahabat karibnya.
Di wajahnya terus terlukis senyuman indah yang membuat semua orang mengira jika dia baik-baik saja. Tapi kenyataannya hatinya tengah pilu, sangat pilu terlebih lagi saat dia mengaharuskan senyuman itu hilang dari kehidupannya. Bukankah ini menyakitkan? Membiarkan senyuman orang yang kita cintai hilang karena satu alasan yang tentunya hanya hal sepeleh.
‘Aku disini Hae-ya! Masih disini mengharapkan senyuman itu kembali padaku. Namun salahku adalah ketika aku membiarkan senyuman itu kau berikan pada dia, Cha Yeon.’batinnya.
Jika kalian bertanya siapa itu Hae? Atau Dong Hae? Dia adalah pria pertama yang dapat membuatnya jatuh cinta saat pertama masuk sekolah ini. Namun kenyataan yang harus ia dapat adalah dimana saat perasaannya yakin jika yang ia rasakan itu cinta, merelakan adalah jalan yang ditempuhnya.
                                                      *******
Mata sipitnya terbuka perlahan menandakan jika kini mentari pagi menyambutnya dengan hangat. Dengan perlahan Ah Yeong menyibakkan selimut dan beringsut bangun dari tempat tidur menuju kamar mandi. Ia menatap dirinya dicermin kamar mandi, tangannya mengusap lembut air mata yang kering. Dan tangan satunya lagi mengambil sisir dan menyisir lembut rambut pendeknya yang kusut.
Setelah beberapa saat membenahi dirinya dikamar mandi ia memutuskan untuk keluar kamar dan menemui eomma serta appanya di ruang makan. Hari ini hari minggu jelas saja Ah Yeong tak sama sekali takut karena sepertinya pagi ini ia benar-benar terlambat. Wanita paruh baya itu tersenyum mendapati anaknya kini tengah menyendok nasi goreng ke piringnya. Dengan perlahan dan rasa malas yang melanda ia menyendok nasi dan memasukkannya ke mulut. Hye Ni hanya melihat eonninya itu dengan heran, karena tak biasanya ia melahap makanan seperti itu.
Setelah sarapan pagi Ah Yeong memutuskan untuk kembali kekamaranya mengunci diri dengan membuka laptop dan memulai untuk menulis memo kecil.
Masihkah sama senyuman itu? Hae-ya! Aku masih disini dan disini menantimu. Ini terdengar lucu namun kenyataannyalah yang seperti ini. Aku selalu merindukanmu, masih sama seperti dulu saat aku mulai merindukanmu untuk yang pertama kalinya. Masihkah kau ingat saat aku sedang merapihkan rambutku di ruangan lab? Tiba-tiba kau muncul dari luar dan mensejajarkan bayanganmu, disana saat senyuman itu muncul aku merasa ada yang salah dengan jantungku. Mengapa jantungku bekerja lebih cepat saat aku mendapati dirimu di hadapanku. Ini terdengar seperti lelucon Hae-ya. Tapi inilah hatiku, dan perasaanku.’
Ia menutup laptopnya kembali dan menatap keluar dari jendela kamarnya, matanya terus mendapat bayangan seseorang dengan senyuman yang sangat manis. Kembali lagi ke masa lalu tentu itu hal yang sangat tidak mungkin, tapi kenyataannya itulah yang dirasakan oleh yeoja bernama Kim Ah Yeong itu.
Perasaannya gelisah tak menentu. Pikirannya terus kembali pada masa dimana dulu ia tengah bersama Dong Hae. Senyuman miris terukir jelas dibibir plumnya. Merelakan? Apakah hanya ini jalan satu-satunya untuk membahagiakanmu Yeonie-ya, batinnya dengan air mata yang perlahan jatuh dari matanya.
Ya, seperti inilah seorang Ah Yeong terlihat tegar namun pada akhirnya air matalah yang menjawab semuanya. Menjawab kegelisahan, kegundahan, dan kesedihan yang menjamur dihatinya. Ini benar-benar memilukan untuk Ah Yeong, namun inilah yang harus ia terima.
Senyuman manis yang terukir diraut wajah Dong Hae seahkan meruntuhkan semua pertahanan yang selama ini ia pertahankan, ya ini tentu bukan Dong Hae yang bersalah. Ini murni kesalahan ia sendiri, namun jika Dong Hae tak memberinya senyuman yang dulu ia selalu inginkan itu mungkin Ah Yeong takkan runtuh dari pertahannya itu.
                                               *********
-Ini terlalu memilukan untukku, merelakan senyuman itu demi seseorang yang mencintaimu. Ini terdengar bodoh karena dulu akulah yang merelakan semuanya.. SEMUANYA-
Mata sipitnya menatap lurus ke depan, memperhatikan setiap pelajaran yang diberikan oleh Han Seongsaenim yang notabennya adalah guru matematika dikelasnya. Meski ia berusaha memperhatikan semuanya namun hasilnya benar-benar nihil. Dan meski matanya menatap lurus ke depan namun sesekali ia melirik ke arah namja yang sedang berada tak jauh dari tempatnya kini duduk.
“Yeongie-ya. Kau mengerti?” Ah Yeong menoleh sekilas dan kembali memperhatikan apa yang tengah ditulis oleh Han Seongsaenim.
“Yak! Yeongie-ya, kau mengerti tidak huh?” yeoja bernama Cha Yeon ini mengguncang pelan lengan Ah Yeong, menuntut jawaban dari sahabatnya ini.
“Aishh, bisakah kau tak bicara Yeon-ah. Aku sedang pusing.”
“Yeongie-ya, aku kan bertanya padamu. Kau menjawabnya seperti itu, menyebalkan.” Cha Yeon mengerucutkan bibirnya dan kembali menatap ke depan seraya mencoret-coret buku tulis dengan sebal.
“Ah, mianhae. Aku tak bermaksud seperti itu Yeon-ah, aku hanya sedang pusing.” Ucap Ah Yeong merasa bersalah karena telah berkata ketus pada sahabatnya itu. Cha Yeon hanya tersenyum dan kembali kepada aktivitasnya.
Ah Yeong kembali memperhatikan Han Seongsaenim dan berharap mengerti dengan apa yang sedang dijelaskannya, namun itu hanya membuang waktu saja karena mungkin pikirannya terus berpusat pada namja yang kini tengah diam-diam melirik ke arahnya.
Apa yang harus aku lakukan untuk membunuh ini semua Hae-ya? Aku terlalu lemah jika harus menghapusnya karena jika aku menghapusnya itu sama saja membunuhku, gumamnya lirih seraya menampilkan senyuman miris dibibirnya.
Author pov end
Ah Yeong pov
Apa aku terlalu lemah hingga aku selalu menangis seperti ini, tapi jujur bukankah aku seorang yeoja yang sama seperti yeoja lainnya? Yang lemah dan hanya menjadikan air mata ini sebagai kekuatan tersendiri dihidupnya. Ya, aku selalu berusaha. Berusaha agar membunuhnya –cintaku- namun sepertinya itu adalah hal yang takkan pernah aku lakukan karena membunuhnya –cintaku- sama saja membunuh jiwaku.
Aku terlihat seperti orang linglung? Plin-plan? Atau ya sejenisnya.. itu mungkin. Karena aku adalah yeoja yang kembali lagi ke masa lalu hanya karena alasan yang sepeleh. Benar-benar sepeleh, ya.. sebuah senyuman yang terukir indah diwajahnya mampu membuatku jatuh kedalam pesonanya. Untukku takkan ada hal lain yang dapat membuatku bernafas lega kecuali melihat senyuman manis yang terukir dibibirnya itu.
Aku berjalan lemah di koridor kelas dengan senyuman ya.. entahlah aku sendiripun tak tahu mengapa aku bisa menampakkan senyuman itu dengan hati yang tengah teriris ini. Aku selalu dan selalu berharap bisa berjalan santai dengannya meski hanya sekedar berjalan santai, namun ku rasa itu adalah hal yang sangat mustahil.
Aku melangkahkan kakiku kedalam kelas dengan pelan, mataku menangkap sosok namja yang tengah duduk tak jauh dari pintu kelas. Yeongie-ya, jangan lihat dia.. jangan, kau akan semakin jatuh dalam pesonanya jika kau terus-terusan menatapnya, aku berbicara sendiri pada diriku. Tapi sialnya mataku sama sekali tak berpindah melihat yang lain disekitarku, aku hanya terus menatapnya. Perlahan ia mengukir senyuman manis dibibir tipisnya membuat wajahnya semakin terlihat tampan, dan yang lebih menyiksa ketika ia dengan mudah tersenyum ke arahku.
Damn! Hae-ya. Pergi dari hadapanku sekarang atau kau akan ku makan hidup-hidup!’ aku bergumam kesal dan kembali melangkahkan kakiku menuju tempat dudukku.
Ini benar-benar diluar dugaanku mengapa bisa ia –Dong Hae-  tersenyum manis seperti ini kepadaku? Ya Tuhan, apa kini aku tengah bermimpi? Jika semua ini hanya mimpi, cepat bangunkanku aku tak mau terlalu lama bermimpi tentang hal yang menyenangkan namun pada akhirnya aku harus membuka mataku kembali dan semua mimpi itu hilang.
“Ah Yeong-sshi, apa kau mengerti dengan ini.” Dia bertanya pelan padaku dan menunjuk sebuah soal fisika yang sama sekali aku tak mengerti. Aku hanya menggeleng pelan dan menatap namja yang berada dihadapanku ini.
“Aish, kau sungguh tak mengerti eoh?” dia bertanya lagi padaku, tapi kali ini dengan tatapan mata yang lembut. Ah sungguh Hae-ya, bisakah kau tak menatapku seperti ini? Aku takut..
“Aku tak mengerti Hae-sshi, sungguh tak mengerti.” Aku berbicara pelan dengan mata yang masih menatap ke arah buku yang berada di atas meja, aku sungguh tak bisa menatap manik mata milik Dong Hae.
“Hhhh, baiklah.” Ku dengar ia menarik nafas panjang dan beringsut bangun meninggalkan aku yang kini menatap punggungnya lembut.
                                              **********
-Ini terlalu sulit untukku, kau mencintaiku.. jelas terlihat dari bagaimana cara kau menatap dan memandangku. Tapi aku sama sekali tak boleh membiarkan cintamu itu menghiasi hari-hariku, karena aku tak berhak atas dirimu-
Kini aku tengah melangkahkan kaki jenjangku untuk menuju sungai Han. Ya, seperti inilah kebiasaanku. Sehabis pulang sekolah aku menyempatkan diri untuk pergi ke sungai Han. Entah hanya sekedar duduk atau melamun disana.
Mataku menatap lurus disetiap jalanan Seoul yang kini tengah sepi. Pikiranku kembali melayang dengan senyuman manis yang tadi ia berikan, ah ini kelihatan berlebihan namun mengapa aku terus berkeyakinan jika ia mencintaiku? Ya Tuhan, apa aku terlalu mengharapkannya?
Semilir angin menerpa lembut permukaan wajahku menerbangkan setiap untaian rambut hitam pendek milikku, aku tersenyum lirih melihat seorang pasangan yang tengah berjalan dipinggir sungai. Apa aku dan Hae bisa seperti itu? Aish, Ah Yeong-ah! Hilangkan semua itu, mana bisa kau dan Hae seperti itu. Aku menggeleng kuat dan mengalihkan pandanganku untuk melihat aliran sungai Han.
“Kau selalu berada disini eoh?” sepertinya aku mendengar suara, ya ini suara yang sangat ku kenal. Tapi apa aku berhalusinasi? Mana mungkin Hae berada disini.
“Ah Yeong-ah..” ini bukan mimpi babo! Ini nyata, ah tidak-tidak aku pasti sedang bermimpi. Ah ini pasti efek melihat pasangan tadi, oh God help me!
“Yak! Kim Ah Yeong!” aku menoleh ke asal suara yang dari tadi memang telah memanggil namaku, mataku membulat sempurna melihat seorang yang tengah berdiri dengan pakaian sekolah yang masih melekat ditubuhnya.
“Hae.. Dong Hae?”
Nde?” dia berjalan ke arahku dan duduk bersandar dibangku berwarna putih bersamaku.
“Apa kau selalu ke sini?” Hae bertanya padaku, tapi matanya terus menatap aliran sungai yang berada tak jauh dari tempatku dan dia duduk. Aku menoleh ke arahnya sekilas dan mengangguk pelan.
“Kau menyukai sungai?” dia bertanya lagi padaku, kenapa dia secerewet ini? Hae-ya, aku berada disini hanya untuk menghilangkan penat dan pikiranku tentangmu!
“Hem..” aku berdehem kecil sebelum menjawab pertanyannya, “Ye, aku senang memandangi sungai. Alirannya begitu damai dan itu membuatku dapat menghilangkan penat yang membebani pikiranku.” Aku menoleh sekilas ke arahnya ku lihat diapun tengah melihat ke arahku hingga pandangan mata kami bertemu, Hae-ya.. aku mencintaimu
“Aku juga..” dia mengalihkan pandangannya dan kembali menatap aliran sungai. Aku tersenyum mendengarnya, Hae bisakah kau jujur padaku? Meski kata itu tak mungkin keluar dari bibir manismu.
Aku menatap langit yang kini tengah berubah menjadi warna oranye, sebentar lagi sang surya akan kembali keperaduannya dan membuat bumi kehilangan siang dan masuk pada dunia malam. Aku terus memperhatikan langit hingga aku menyadari sebuah tangan menyentuh pergelangan tanganku, aku menoleh ke arahnya dia hanya menunjukkan senyum manisnya.
“Yeongie-ya..” aku menatapnya heran mencari tau apa yang akan dia katakan padaku.
Mwo?”
“Hem.. aku mencintaimu.” Mwo? Hae-ya? Itu semua apa? Aku mimpi ah.. ya Tuhan Hae!
“Aku mencintaimu Yeongie-ya!” aku mengerjapkan mataku berkali-kali berharap ini semua bukan mimpi, dia mencintaku Tuhan.. rasa ini, ah dia mencintaiku!
Ah Yeong pov end
Author pov
“Aku mencintaimu Yeongie-ya!” ucapnya dengan senyum yang mengembang dibibirnya, Ah Yeong hanya mengerjapkan matanya berkali-kali menatap tak percaya pada namja  yang tengah menggenggam pergelangan tangannya ini.
Mwo? Apa yang kau katakan Hae-ya?” bodoh! Jika dia masih saja tak mendengar apa yang diucapkan Dong Hae, jelas-jelas pria tampan itu telah mengucapkannya dengan jelas.
“Dengar ini baik-baik aku takkan mengulangnya lagi..” Dong Hae menghirup udara pelan dan menghembuskannya perlahan “Aku mencintaimu..” matanya terpejam sama sekali tak menatap gadis yang tengah memperhatikannya itu. Ah Yeong membisu, tak ada satu katapun yang keluar dari bibir plumnya.
“Yeongie-ya, apa kau mendengarku? Apa kau sudah mendengarnya?” Dong Hae membuka matanya dan melihat gadis yang didepannya sudah tak ada ditempatnya. Mata hazelnya mencari sosok gadis itu namun nihil ia sama sekali tak menemukannya.
Dengan berat ia melangkahkan kakinya untuk pergi meninggalkan bangku panjang berwarna putih itu, senyuman miris terlihat diwajah tampannya. Kenapa dia pergi? Apa dia tak mencintaiku?, batinnya.
“Hae-ya, mianhaeyo..” Hae berbalik menoleh ke sumber suara, senyumannya kembali terlukis namun sedetik kemudian wajahnya muram.
“Yeong-ah wae? Uljimayo..” Hae terlihat berlari ke arah gadis itu dan menyeka air mata yang jatuh dari sudut mata gadis itu.
“Aku mencintaimu..” dia bergumam lirih dan disambut dengan senyuman manis dari bibir Hae. “Tapi, aku dan kau tak mungkin bersama..” Deg! Hae merasakan ada sesuatu yang menimpa dadanya, ini menyesakkan. Mengapa gadis itu berbicara seperti itu padanya? Entahlah..
“Tak mungkin bersama? Apa maksudmu?” Hae mencoba meredam sesak yang telah mengusai dadanya itu.
“Karena aku tak berhak atas dirimu, Hae-ya.. aku memang mencintaimu tapi kenyataanlah yang membuat aku harus melepasmu. Aku memang tak bisa melakukannya namun..” air matanya kembali mengalir dari sudut matanya, tangan Hae kembali terulur dan menyeka buliran bening milik gadis yang dicintainya itu.
“Alasan apa yang membuatmu melepasku, hem?” Hae mengusap lembut pipi gadis itu dengan menampilkan senyuman manis yang indah dibibirnya.
“Aku.. aku telah melepasmu untuk Cha Yeon, Hae-ya. Mianhae..”
“Apa yang kau katakan Yeong-ah. Aku tak mengerti..” Hae mengernyitkan dahinya mengharap jawaban yang detail dari Ah Yeong.
“Hae-ya. Aku telah merelakanmu saat semuanya terasa menyakitkan untukku...” kembali air mata itu mengalir lembut membuat anak sungai dipipi chubby Ah Yeong.
Greppp!!
DongHae menarik tubuh Ah Yeong masuk ke dalam dekapnnya, membiarkan kemeja putihnya basah karena air mata gadis itu. Ah Yeong terdiam merasakan detak jantung namja yang tengah memeluknya kini. Kini keheningan menyelimuti keduanya, baik Ah Yeong maupun DongHae mereka berdua enggan untuk berbicara dan masih dalam keadaan yang sama –DongHae mendekap Ah Yeong-
“Entahlah apa yang kini harus ku katakan tapi melihat kalian bahagia terelebih lagi melihat kau bahagia Hae-ya, itu cukup membuatku bahagia.” Gumam Ah Yeong lirih.
“Yeong-ah.. aku mencintaimu, kau yang ku cintai. Jebal mengertilah..” Ah Yeong tersenyum lembut dan melepas tangan Hae dari pinggangnya, mundur perlahan dan mulai membalikkan badannya meninggalkan Hae.
“Satu hal yang perlu kau tahu Yeong-ah, selama ini aku mencintaimu dan hanya kau yang aku cintai..” Hae bergumam lirih dan mengacak rambutnya frustasi melihat yeoja yang dicintainya pergi begitu saja tanpa menoleh lagi ke arahnya.
                                                ~END~
                                       *****************
Epilog
5 years later
Seorang gadis tengah duduk menatap aliran sungai yang mengalir tenang, memberi kesejukan jiwa yang haus akan ketenangan disaat penat melanda. Matanya tertutup perlahan merasakan hembusan angin yang menerpa permukaan kulit di wajahnya. Sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman yang entahlah.. sama sekali tak bisa diterawang yang jelas kini perasaannya tengah hancur tanpa sisa.
Disudut jalan terlihat seorang pria dengan perawakan tinggi tengah memperhatikan aktifitas yang dilakukan oleh gadis manis itu. Perlahan namun pasti pria itu melangkah mendekatinya. Dalam langkahnya ia terus berharap dapat melihat senyuman manis yang dulu mengisi hatinya.
“Yeong-ah...” gadis yang merasa namanya terpanggil itu membuka matanya perlahan. Matanya membulat ketika melihat seorang pria dengan perawakan tinggi tengah tersenyum padanya. Matanya mengerjap berkali-kali mencoba percaya bahwa ini bukan mimpi.
“Kim Ah Yeong..” lagi seorang pria yang tengah berdiri di hadapan gadis bernama Ah Yeong itu bergumam lembut.
“Hae.. Lee Dong Hae? Neo Lee Dong Hae, eoh?”
Nde. Bagaimana kabarmu Yeong-ah?” Hae tersenyum manis pada gadis yang kini masih tak percaya kehadirannya itu.
“...” gadis itu terdiam sama sekali tak mengucapkan satu kata dari bibir plumnya itu.
“Perasaan ini masih sama Ah Yeong-ah. Hati ini masih tetap mencintaimu.. sampai kapanpun akan tetap seperti ini. Bisakah aku dan kau memulai dari awal? Memulai perkenalan kita saat itu, aku ingin memulainya dari awal Ah Yeong-ah..”
“Hae dulu tetap dulu, tidak bisa kita kembali ke masa lalu. Kita harus hidup menata masa depan bukan terpaku pada masa lalu. Hae, aku mohon setelah ini lebih baik kau dan aku tak perlu bertemu. Karena..” ucapan gadis berambut panjang ini menggantung membuat Hae mengernyitkan dahinya.
“Aku akan menikah.. mianhaeyo. Aku pergi dulu annyeong.” Lagi, gadis ini meninggalkannya untuk kedua kalinya. Apa semua ini karena kesalahannya dulu yang tak pernah berani mengungkapkan semuanya hingga berujung penyesalan seperti ini. Buliran kristal mengalir lembut dari sudut mata namja yang tengah menatap miris punggung yeoja yang berjalan meninggalkannya. Kenyataanlah yang harus diterima DongHae, dan kini hanya penyesalan yang memenuhi perasaannya.

0 komentar:

Posting Komentar